Selasa, 23 April 2013

Realisme aristoteles


Makalah Realisme aristoteles


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-halyang masuk akal, banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena dianggap masuk akal dan sesuau dengan pemikiranmasyarakat pada umumnya. Pada makalah ini akan sedikit membahas tentang teori yang dikemukakan oleh Aristoteles.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Siapa Aristoteles ?
2. Apakah yang dimaksud dengan realism ?
3. Apa pengaruh pemikiran Aristoteles

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar kita mengetahui siapa aristoteles.
2. Agar kita mengetahui arti realism.
3. Agar kita mengetahui pengaruh pemikiran Aristoteles.



BAB II
PEMBAHASAN
1.        ARISTOTELES (384-322 SM)
Aristoteles lahir 384 SM di Stageira, sebuah kota koloni Yunani di semenanjung Chalcidice yang berada di wilayah Macedonia, yang terletak disebelah utara Yunani. Kendati orang tuanya telah lama menetap di Macedonia, namun mereka sebenarnya berasal dari Yunani. Ayahnya, Nichomachus adalah sahabat dan dokter keluarga Amyntas II, raja Macedonia. Berbeda dengan Plato (ia seorang bangsawan), Aristoteles berasal dari keluarga menengah. Pada waktu ia berumur kira-kira 18 tahun, ia dikirim ke Athena untuk belajar pada Plato. Selama 20 tahun ia menjadi murid Plato. Di Akademia Plato, Aristoteles mempelajari filsafat, matematika, politik, etika, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Di samping itu ia memiliki kegemaran mengumpulkan buku sehingga dalam waktu yang relatif singkat rumahnya telah menjadi “perpustakaan”. Pada 347 SM Plato meninggal dunia dan pada tahun yang sama Aristoteles mendirikan sekolah di Assos (Asia Kecil). Pada tahun 342 SM Aristoteles menerima undangan khusus dari Philippos, raja Macedonia agar ia bersedia mendidik putra mahkotanya, Pangeran Alexander yang Agung. Setelah Alexander menjadi Raja, Aristoteles kembali ke Athena.
Plato dan Aristoteles adalah guru dan murid yang merupakan dua tokoh terbesar dalam sejarah, yang telah berhasil membentuk dan meletakkan dasar yang paling kokoh bagi pembangunan kebudayaan dan peradaban Barat modern. Bagi banyak orang, Palto menunjukkan seorang yang antusias,dengan imajinasi yang begitu membumbung tinggi, sedangkan Aristoteles melambangkan penelitian, menjemukan dan terikat pada bumi.
Mengenai hasil karyatulis Aristoteles, menurut para cendekiawan di zaman purba, ada lebih dari empat ratus buku yang dianggap buah jerih lelahnya, namun sebagian besar telah hilang. Dari sekitar lima puluh buku yang masih ada, hanya sekitar separuh yang benar-benar hasil karya Aristoteles sendiri. Karena terlalu banyak jadi sulit untuk menyusun karyanya itu secara sistematis. Berbeda-beda cara orang membagi-bagikannya. Ada yang membaginya atas 8 bagian, yang mengenai; Logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi, dan akhirnya retorika dan peotika. Ada juga orang yang menguraikan perkembangan pemikiran Aristoteles sebagai meliputi 3 tahap yaitu :
a.       Tahap di akademi, ketika ia masih setia pada gurunya, Plato, termasuk ajaran plato tentang idea;
b.      Tahap ia si Assos, ketika ia berbalik daripada plato, mengkritik ajaran plato tentang idea-idea serta menentukan filsafatnya sendiri;
c.       Tahap ketika ia di sekolahnya Athena, waktu ia berbalik dari berspekulasi ke penyelidikan empiris, mengindahkan yang kongkrit dan individual. Asal pembagian ini tidak diterapkan secara konsekuen.
Apabila kita membandingkan karya Aristoteles dengan karya Plato betapa jelasnya perbedaan yang terdapat di antara keduanya. Karya tulis Plato begitu rapi, indah dan menarik, baik isi maupun gaya bahasanya, sehingga mudah dimengerti dan diikuti kendati karya tulis itu. Hal itu dapat di pahami karena semua karya tulis Plato diterbitkan untuk umum. Adapun karya Aristoteles sebaliknya, tidak begitu baik, hubungan bagian yang satu dengan yang lainnya sering tidak jelas, banyak ungkapan yang hanya merupakan pengulangan dari bagian yang telah dikemukakan sebelumnya sehingga menjemukan untuk dibaca. Hal itupan dapat di pahami karena semua karya tulis Aristoteles yang kita miliki sekarang ini sesungguhnya hanyalah merupakan catatan dan ringkasan yang menjadi pegangan untuk memberi kuliah baik di Lyceum maupun di tempat lain.
Di dalam dunia filsafat, aristoteles dikenal sebagai bapak logika. Logikanya disebut tradisional karena nantinya berkembang apa yang disebut logika modern. Logika Aristoteles itu sering juga disebut logika formal.Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini berkembang pada abad 13-14.
Bila orang-orang sofis banyak yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Salah satu teori metafisika Aristoteles yang penting ialah pendapatnya yang menyatakan bahwa matter dan form itu bersatu. Matter memberikan substansi sesuatu, form memberikan pembungkusnya. Setiap obyek terdiri atas matter dan form. Jadi, ia telah mengatasi dualisme Plato yang memisahkan matter dan form, bagi Plato matter dan form berada sendiri-sendiri. Ia juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan form itu aktualitas.
Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sains diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal, tetapi ia percaya pada tuhan. Jasanya dalam menolong plato dan Sokrates memerangi orang sofis ialah karena bukunya yang menjelaskan palsunya logika yang digunakan oleh tokoh-tokoh sofisme.
Namun, ada substansi yang murni form, tanpa potentiality, jadi tanpa matter, yaitu Tuhan. Aristoteles percaya kepada adanya tuhan. Bukti adanya Tuhan menurutnya adalah tuhan sebagai penyebab gerak (a fist cause of motion) . Tuhan menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona. Ia tidak memperhatikan do’a dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan, kita tidak usah mengharap mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi dan kita mencontoh kesana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita.
2.        Realisme
Istilah realisme berasal dari kata latin realis yang berarti ‘sungguh-sungguh, nyata benar’. Sepanjang sejarah panjang bervariasi, realisme telah memiliki tema umum, yang disebut prinsip atau tesis kemerdekaan. Tema ini menyatakan bahwa realitas, pengetahuan dan nilai yang ada secara independen dari pikiran manusia. Ini berarti bahwa realisme menolak pandangan idealis bahwa ide-ide hanya nyata.Barang ada bahkan meskipun tidak ada pikiran untuk melihat mereka (ingat pertanyaan klasik tentang pohon tumbang di hutan). Untuk realis, hal ini tentu sebuah realitas independen, namun realis juga menganggap ide untuk menjadi bagian dari tesis.
Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Sebagai contoh, semua orang berbeda dalam sifat-sifat mereka. Kita semua memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan tidak ada dua yang sama. Kami melakukan semua berbagi sesuatu yang universal yang disebut “kemanusiaan.”Kualitas universal ini tentunya nyata karena itu ada secara mandiri dan terlepas dari satu orang. Aristoteles menyebut kualitas bentuk universal (gagasan atau esensi), yang merupakan aspek nonmaterial dari setiap objek materi tunggal yang berhubungan dengan semua benda lain dari grup tersebut.

3.        Pengaruh Pemikiran Aristoteles
Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di zaman dulu dan zaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Kami-kami Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buahpikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad- abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba merumuskan suatu perpaduan antara Teologi Islam dengan rasionalisme Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan Yudaisme. Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya cendikiawan Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini masih sangat banyak kaum cerdik pandai abad tengah yang terpengaruh demikian dalamnya oleh pikiran Aristoteles.
Kekaguman orang kepada Aristoteles menjadi begitu melonjak di akhir abad tengah ketika keadaan sudah mengarah pada penyembahan berhala. Dalam keadaan itu tulisan-tulisan Aristoteles lebih merupakan semacam bungkus intelek yang jitu tempat mempertanyakan problem lebih lanjut daripada semacam lampu penerang jalan. Aristoteles yang gemar meneliti dan memikirkan ihwal dirinya tak salah lagi kurang sepakat dengan sanjungan membabi buta dari generasi berikutnya terhadap tulisan-tulisannya.
Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dia percaya kerendahan martabatwanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini–tentu saja mencerminkanpandangan yang berlaku pada zaman itu. Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dankejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalamseni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang kita kenal sekarang).
Di abad-abad belakangan, pengaruh dan reputasi Aristoteles telah merosot. Namun, ada yang berpikir bahwa pengaruhnya sudah begitu menyerap dan berlangsung begitu lama sehingga saya menyesal tidak bisa menempatkannya lebih tinggi dari tingkat urutan seperti sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini terutama akibat amat pentingnya ketiga belas orang yang mendahuluinya dalam urutan. Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis). Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
·        Sokrates adalah manusa (premis minor)
·        Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. .aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi.

A. Kesimpulan
Aristoteleslahir 384 SM di Stageira, Yunani utara.Padawaktuiaberumurkira-kira 18 tahun, iadikirimke Athena untukbelajarpada Plato. Selama 20 tahuniamenjadimurid Plato. Di Akademia Plato, Aristotelesmempelajarifilsafat, matematika, politik, etika, danberbagaiilmupengetahuanlainnya.
Mengenai hasil karya tulis Aristoteles, menurut para cendekiawan di zaman purba, ada lebih dari empat ratus buku yang dianggap buah jerih lelahnya, namun sebagian besar telah hilang. Dari sekitar lima puluh buku yang masih ada, hanya sekitar separuh yang benar-benar hasil karya Aristoteles sendiri.
Apabila kita membandingkan karya Aristoteles dengan karya Plato betapa jelasnya perbedaan yang terdapat di antara keduanya. Karya tulis Plato begitu rapi, indah dan menarik, baik isi maupun gaya bahasanya, sehingga mudah dimengerti dan diikuti kendati karya tulis itu. Hal itu dapat di pahami karena semua karya tulis Plato diterbitkan untuk umum. Adapun karya Aristoteles sebaliknya, tidak begitu baik, hubungan bagian yang satu dengan yang lainnya sering tidak jelas, banyak ungkapan yang hanya merupakan pengulangan dari bagian yang telah dikemukakan sebelumnya sehingga menjemukan untuk dibaca. Hal itupan dapat di pahami karena semua karya tulis Aristoteles yang kita miliki sekarang ini sesungguhnya hanyalah merupakan catatan dan ringkasan yang menjadi pegangan untuk memberi kuliah baik di Lyceum maupun di tempat lain.
Istilah realisme berasal dari kata latin realis yang berarti ‘sungguh-sungguh, nyata benar’. Sepanjang sejarah panjang bervariasi, realisme telah memiliki tema umum, yang disebut prinsip. Tema ini menyatakan bahwa realitas, pengetahuan dan nilai yang ada secara independen dari pikiran manusia. Ini berarti bahwa realisme menolak pandangan idealis bahwa ide-ide hanya nyata.Barang ada bahkan meskipun tidak ada pikiran untuk melihat mereka.
Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus.
Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di zaman dulu dan zaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Kami-kami Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buahpikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad- abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Diantara penulis-penulis islam yang mengagumi Aristoteles ialah Ibnu Rusyid. Ulasannya terhadap Aristoteles telah merupakan suatu karya standar (pegangan) untuk Eropa abad pertengahan. Tidak ada pemisahan yang dibuat antara karya asli Aristoteles dengan pengulas- Plato. Yang terakhir dipelajari dan kadang-kadang diutamakan. Pada garis besarnya, pikiran-pikiran Aristoteles diperbaiki menurut ajaran-ajaran islam. Pikiran-pikirannya yang bersifat analitis dan panteistis bukan saja ternyata tidak dapat diterima oleh teolog-teolog islam, melainkan juga ditolak dan dikritik oleh mereka.

Daftar Pustaka :
Rapar, J.H, Filsafat Politik Aristoteles. Jakarta: Citra niaga Rajawalipers, 1993.
http://muhammadzuhri.wordpress.com/2011/08/21/makalah-realisme-aristoteles/ 
http://nisaaisyah05.blogspot.com/2012/11/realisme-aristoteles.html#!/2012/11/realisme-aristoteles.html

0 komentar:

Posting Komentar