Makalah Realisme aristoteles
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya
terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-halyang masuk akal, banyak
teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal
ini terjadi karena dianggap masuk akal dan sesuau dengan pemikiranmasyarakat
pada umumnya. Pada makalah ini akan sedikit membahas tentang teori yang
dikemukakan oleh Aristoteles.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Siapa
Aristoteles ?
2. Apakah
yang dimaksud dengan realism ?
3. Apa
pengaruh pemikiran Aristoteles
C.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar
kita mengetahui siapa aristoteles.
2. Agar
kita mengetahui arti realism.
3. Agar
kita mengetahui pengaruh pemikiran Aristoteles.
BAB II
PEMBAHASAN
1. ARISTOTELES
(384-322 SM)
Aristoteles lahir 384 SM di Stageira, sebuah kota koloni Yunani
di semenanjung Chalcidice yang berada di wilayah Macedonia, yang terletak
disebelah utara Yunani. Kendati orang tuanya telah lama menetap di Macedonia,
namun mereka sebenarnya berasal dari Yunani. Ayahnya, Nichomachus adalah
sahabat dan dokter keluarga Amyntas II, raja Macedonia. Berbeda dengan Plato
(ia seorang bangsawan), Aristoteles berasal dari keluarga menengah. Pada waktu
ia berumur kira-kira 18 tahun, ia dikirim ke Athena untuk belajar pada Plato.
Selama 20 tahun ia menjadi murid Plato. Di Akademia Plato, Aristoteles
mempelajari filsafat, matematika, politik, etika, dan berbagai ilmu pengetahuan
lainnya. Di samping itu ia memiliki kegemaran mengumpulkan buku sehingga dalam
waktu yang relatif singkat rumahnya telah menjadi “perpustakaan”. Pada 347 SM
Plato meninggal dunia dan pada tahun yang sama Aristoteles mendirikan sekolah
di Assos (Asia Kecil). Pada tahun 342 SM Aristoteles menerima undangan khusus
dari Philippos, raja Macedonia agar ia bersedia mendidik putra mahkotanya,
Pangeran Alexander yang Agung. Setelah Alexander menjadi Raja, Aristoteles
kembali ke Athena.
Plato dan Aristoteles adalah guru dan murid yang merupakan dua
tokoh terbesar dalam sejarah, yang telah berhasil membentuk dan meletakkan
dasar yang paling kokoh bagi pembangunan kebudayaan dan peradaban Barat modern.
Bagi banyak orang, Palto menunjukkan seorang yang antusias,dengan imajinasi
yang begitu membumbung tinggi, sedangkan Aristoteles melambangkan penelitian,
menjemukan dan terikat pada bumi.
Mengenai
hasil karyatulis Aristoteles, menurut para cendekiawan di zaman purba, ada
lebih dari empat ratus buku yang dianggap buah jerih lelahnya, namun sebagian
besar telah hilang. Dari sekitar lima puluh buku yang masih ada, hanya sekitar
separuh yang benar-benar hasil karya Aristoteles sendiri. Karena terlalu banyak
jadi sulit untuk menyusun karyanya itu secara sistematis. Berbeda-beda cara orang
membagi-bagikannya. Ada yang membaginya atas 8 bagian, yang mengenai; Logika,
filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi, dan
akhirnya retorika dan peotika. Ada juga orang yang menguraikan perkembangan
pemikiran Aristoteles sebagai meliputi 3 tahap yaitu :
a.
Tahap di akademi,
ketika ia masih setia pada gurunya, Plato, termasuk ajaran plato tentang idea;
b.
Tahap ia si
Assos, ketika ia berbalik daripada plato, mengkritik ajaran plato tentang
idea-idea serta menentukan filsafatnya sendiri;
c.
Tahap ketika ia
di sekolahnya Athena, waktu ia berbalik dari berspekulasi ke penyelidikan
empiris, mengindahkan yang kongkrit dan individual. Asal pembagian ini tidak
diterapkan secara konsekuen.
Apabila kita membandingkan karya Aristoteles dengan karya Plato
betapa jelasnya perbedaan yang terdapat di antara keduanya. Karya tulis Plato
begitu rapi, indah dan menarik, baik isi maupun gaya bahasanya, sehingga mudah
dimengerti dan diikuti kendati karya tulis itu. Hal itu dapat di pahami karena
semua karya tulis Plato diterbitkan untuk umum. Adapun karya Aristoteles
sebaliknya, tidak begitu baik, hubungan bagian yang satu dengan yang lainnya
sering tidak jelas, banyak ungkapan yang hanya merupakan pengulangan dari
bagian yang telah dikemukakan sebelumnya sehingga menjemukan untuk dibaca. Hal
itupan dapat di pahami karena semua karya tulis Aristoteles yang kita miliki
sekarang ini sesungguhnya hanyalah merupakan catatan dan ringkasan yang menjadi
pegangan untuk memberi kuliah baik di Lyceum maupun di tempat lain.
Di dalam dunia filsafat, aristoteles dikenal sebagai bapak
logika. Logikanya disebut tradisional karena nantinya berkembang apa yang
disebut logika modern. Logika Aristoteles itu sering juga disebut logika formal.Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa
ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak
maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat
menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini berkembang pada abad
13-14.
Bila orang-orang sofis banyak yang menganggap manusia tidak akan
mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan bahwa
manusia dapat mencapai kebenaran. Salah satu teori metafisika Aristoteles yang
penting ialah pendapatnya yang menyatakan bahwa matter dan form itu bersatu.
Matter memberikan substansi sesuatu, form memberikan pembungkusnya. Setiap
obyek terdiri atas matter dan form. Jadi, ia telah mengatasi dualisme Plato
yang memisahkan matter dan form, bagi Plato matter dan form berada sendiri-sendiri.
Ia juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan form itu aktualitas.
Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat lebih
maju, dasar-dasar sains diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal, tetapi ia
percaya pada tuhan. Jasanya dalam menolong plato dan Sokrates memerangi orang
sofis ialah karena bukunya yang menjelaskan palsunya logika yang digunakan oleh
tokoh-tokoh sofisme.
Namun, ada substansi yang murni form, tanpa potentiality, jadi
tanpa matter, yaitu Tuhan. Aristoteles percaya kepada adanya tuhan. Bukti
adanya Tuhan menurutnya adalah tuhan sebagai penyebab gerak (a fist cause of
motion) . Tuhan menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia
tidak berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona. Ia
tidak memperhatikan do’a dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan, kita
tidak usah mengharap mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi dan kita
mencontoh kesana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita.
2. Realisme
Istilah realisme berasal dari kata latin realis yang berarti
‘sungguh-sungguh, nyata benar’. Sepanjang sejarah panjang bervariasi, realisme
telah memiliki tema umum, yang disebut prinsip atau tesis kemerdekaan. Tema ini
menyatakan bahwa realitas, pengetahuan dan nilai yang ada secara independen
dari pikiran manusia. Ini berarti bahwa realisme menolak pandangan idealis
bahwa ide-ide hanya nyata.Barang ada bahkan meskipun tidak ada pikiran untuk
melihat mereka (ingat pertanyaan klasik tentang pohon tumbang di hutan). Untuk
realis, hal ini tentu sebuah realitas independen, namun realis juga menganggap
ide untuk menjadi bagian dari tesis.
Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau
bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk.
Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan
khusus. Sebagai contoh, semua orang berbeda dalam sifat-sifat mereka. Kita
semua memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan tidak ada dua yang sama. Kami
melakukan semua berbagi sesuatu yang universal yang disebut
“kemanusiaan.”Kualitas universal ini tentunya nyata karena itu ada secara
mandiri dan terlepas dari satu orang. Aristoteles menyebut kualitas bentuk
universal (gagasan atau esensi), yang merupakan aspek nonmaterial dari setiap
objek materi tunggal yang berhubungan dengan semua benda lain dari grup
tersebut.
3. Pengaruh
Pemikiran Aristoteles
Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang
hari sungguh mendalam. Di zaman dulu dan zaman pertengahan, hasil karyanya
diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani,
Jerman dan Inggris. Kami-kami Yunani yang muncul kemudian, begitu pula
filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang
sangat. Perlu juga dicatat, buahpikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof
Islam dan berabad- abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir
Barat. Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka,
mencoba merumuskan suatu perpaduan antara Teologi Islam dengan rasionalisme
Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil
mencapai sintesa dengan Yudaisme. Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari
perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya cendikiawan Nasrani St. Thomas
Aquinas. Di luar daftar ini masih sangat banyak kaum cerdik pandai abad tengah
yang terpengaruh demikian dalamnya oleh pikiran Aristoteles.
Kekaguman orang kepada Aristoteles menjadi begitu melonjak di
akhir abad tengah ketika keadaan sudah mengarah pada penyembahan berhala. Dalam
keadaan itu tulisan-tulisan Aristoteles lebih merupakan semacam bungkus intelek
yang jitu tempat mempertanyakan problem lebih lanjut daripada semacam lampu
penerang jalan. Aristoteles yang gemar meneliti dan memikirkan ihwal dirinya
tak salah lagi kurang sepakat dengan sanjungan membabi buta dari generasi
berikutnya terhadap tulisan-tulisannya.
Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dia percaya kerendahan martabatwanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini–tentu saja mencerminkanpandangan yang berlaku pada zaman itu. Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dankejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalamseni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang kita kenal sekarang).
Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dia percaya kerendahan martabatwanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini–tentu saja mencerminkanpandangan yang berlaku pada zaman itu. Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dankejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalamseni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang kita kenal sekarang).
Di abad-abad belakangan, pengaruh dan reputasi Aristoteles telah
merosot. Namun, ada yang berpikir bahwa pengaruhnya sudah begitu menyerap dan
berlangsung begitu lama sehingga saya menyesal tidak bisa menempatkannya lebih
tinggi dari tingkat urutan seperti sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini
terutama akibat amat pentingnya ketiga belas orang yang mendahuluinya dalam
urutan. Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika
dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya
tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin
Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap
sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang
Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
Di bidang
ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan
spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan
kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan
keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang
bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin
tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak
dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang
dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan
sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai
penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang
kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani
sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem
berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih
dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun
demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,
eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis). Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis). Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
·
Sokrates adalah
manusa (premis minor)
·
Maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran
yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah
perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika.
Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan
perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah
dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu
ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. .aristoteles juga mendefinisikan
pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu
kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi.
Aristoteleslahir 384 SM di Stageira, Yunani utara.Padawaktuiaberumurkira-kira 18 tahun, iadikirimke Athena untukbelajarpada Plato. Selama 20 tahuniamenjadimurid Plato. Di Akademia Plato, Aristotelesmempelajarifilsafat, matematika, politik, etika, danberbagaiilmupengetahuanlainnya.
Mengenai hasil
karya tulis Aristoteles, menurut para cendekiawan di zaman purba, ada lebih
dari empat ratus buku yang dianggap buah jerih lelahnya, namun sebagian besar
telah hilang. Dari sekitar lima puluh buku yang masih ada, hanya sekitar
separuh yang benar-benar hasil karya Aristoteles sendiri.
Apabila
kita membandingkan karya Aristoteles dengan karya Plato betapa jelasnya
perbedaan yang terdapat di antara keduanya. Karya tulis Plato begitu rapi,
indah dan menarik, baik isi maupun gaya bahasanya, sehingga mudah dimengerti
dan diikuti kendati karya tulis itu. Hal itu dapat di pahami karena semua karya
tulis Plato diterbitkan untuk umum. Adapun karya Aristoteles sebaliknya, tidak
begitu baik, hubungan bagian yang satu dengan yang lainnya sering tidak jelas,
banyak ungkapan yang hanya merupakan pengulangan dari bagian yang telah
dikemukakan sebelumnya sehingga menjemukan untuk dibaca. Hal itupan dapat di
pahami karena semua karya tulis Aristoteles yang kita miliki sekarang ini
sesungguhnya hanyalah merupakan catatan dan ringkasan yang menjadi pegangan
untuk memberi kuliah baik di Lyceum maupun di tempat lain.
Istilah
realisme berasal dari kata latin realis yang berarti ‘sungguh-sungguh, nyata
benar’. Sepanjang sejarah panjang bervariasi, realisme telah memiliki tema umum,
yang disebut prinsip. Tema ini menyatakan bahwa realitas, pengetahuan dan nilai
yang ada secara independen dari pikiran manusia. Ini berarti bahwa realisme
menolak pandangan idealis bahwa ide-ide hanya nyata.Barang ada bahkan meskipun
tidak ada pikiran untuk melihat mereka.
Realisme Aristoteles
didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah,
tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap
bagian materi memiliki sifat universal dan khusus.
Pengaruh
Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di
zaman dulu dan zaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam
bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris.
Kami-kami Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium
mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat,
buahpikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad- abad
lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Diantara
penulis-penulis islam yang mengagumi Aristoteles ialah Ibnu Rusyid. Ulasannya
terhadap Aristoteles telah merupakan suatu karya standar (pegangan) untuk Eropa
abad pertengahan. Tidak ada pemisahan yang dibuat antara karya asli Aristoteles
dengan pengulas- Plato. Yang terakhir dipelajari dan kadang-kadang diutamakan.
Pada garis besarnya, pikiran-pikiran Aristoteles diperbaiki menurut
ajaran-ajaran islam. Pikiran-pikirannya yang bersifat analitis dan panteistis
bukan saja ternyata tidak dapat diterima oleh teolog-teolog islam, melainkan
juga ditolak dan dikritik oleh mereka.
Daftar Pustaka :
Rapar, J.H, Filsafat
Politik Aristoteles. Jakarta: Citra
niaga Rajawalipers, 1993.
http://muhammadzuhri.wordpress.com/2011/08/21/makalah-realisme-aristoteles/
http://nisaaisyah05.blogspot.com/2012/11/realisme-aristoteles.html#!/2012/11/realisme-aristoteles.html
0 komentar:
Posting Komentar